Bitung – Mengintip Potret Kemiskinan di Bitung Lewat Data Sembilan Tahun Terakhir. Isu kemiskinan tetap menjadi perhatian penting dalam pembangunan manusia di Kota Bitung. Data Badan Pusat Statistik melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional memperlihatkan dinamika menarik antara garis kemiskinan, jumlah penduduk miskin, dan persentasenya sepanjang 2015 hingga 2024.Secara garis besar, garis kemiskinan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2015 garis kemiskinan berada di angka Rp321.549 per kapita per bulan dan melonjak menjadi Rp518.405 pada 2024. Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat agar bisa dikategorikan keluar dari status miskin.
Meski garis kemiskinan naik, jumlah penduduk miskin dalam satu dekade terakhir relatif berfluktuasi. Pada 2015 tercatat sebanyak 14,13 ribu orang atau 6,87 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Angka ini sempat menurun pada 2019 menjadi 14,10 ribu orang dengan persentase 6,49 persen. Tahun 2020 yang ditandai dengan pandemi memperlihatkan kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi 14,18 ribu orang. Mengintip Potret Kemiskinan di Bitung Lewat Data Sembilan Tahun Terakhir. Isu kemiskinan tetap menjadi perhatian penting dalam pembangunan manusia di Kota Bitung.
Baca Juga : Apa Artinya IPM Bitung Meningkat Bagi Masa Depan Kota Ini?

Memasuki tahun-tahun berikutnya, jumlah penduduk miskin di Bitung tidak jauh berbeda, berkisar antara 14 ribu hingga 15 ribu orang. Puncaknya pada 2023 ketika tercatat 15 ribu orang atau 6,56 persen penduduk masih berada dalam kategori miskin. Namun di tahun 2024, jumlah tersebut menurun menjadi 14,5 ribu orang dengan persentase 6,27 persen. Data ini menunjukkan dua hal penting. Pertama, garis kemiskinan yang semakin tinggi menandakan bahwa kebutuhan dasar masyarakat juga ikut meningkat. Kedua, meski jumlah absolut penduduk miskin relatif stabil, persentase penduduk miskin cenderung menurun, yang berarti ada perbaikan kualitas hidup secara perlahan di tengah tantangan ekonomi.
Kota Bitung menghadapi pekerjaan besar untuk menurunkan angka kemiskinan lebih jauh. Program peningkatan keterampilan, penciptaan lapangan kerja, serta akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan perlu diperkuat agar masyarakat tidak hanya keluar dari kategori miskin secara angka, tetapi juga mampu menikmati kehidupan yang lebih layak.
Pada 2015 tercatat sebanyak 14,13 ribu orang atau 6,87 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Angka ini sempat menurun pada 2019 menjadi 14,10 ribu orang dengan persentase 6,49 persen. Tahun 2020 yang ditandai dengan pandemi memperlihatkan kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi 14,18 ribu orang.